Terbit....: di Tuas Media
Judul.....: Selia
Tebal....: V + 76 halaman
Penulis.: Mahmud Jauhari Ali
ISBN.....: 978-602-99269-3-4
harga.....: Rp 20.000,00
Silakan pesan ke email/pos-el: tuasmedia@ymail.com, ke nomor 087815594940, atau bisa juga ke inbox fb Mahmud Jauhari Ali Full, tulis nama/alamat/jumlah.
Tentang Selia:
Seperti Ebiet G Ade yang ‘memiliki’ Camelia, penyair asal Banjarmasin (Kalimantan Selatan) ini, Mahmud Jauhari Ali ‘memunyai’ Selia, tentu saja dia yang faham siapa Selia itu—sebagaimana Camelia bagi penyair-musisi Ebiet.
Terlepas dari Selia, menikmati puisi-puisi Mahmud Jauhari akan mencerahkan penikmat oleh diksi-diksi yang lokalitas. Dari diksi yang khas itu, pembaca terus digayuti oleh fantasi imajinasi—bahkan pun diajak wisata memasuki kejiwaan Selia lalu mencintainya.
Kilau batu akik asal Kota Baru Banjar, redup kehidupan pasar apung, dan kekhasan lokal ‘kota dipenuhi sungai’ ini berkelindan untuk terus memukau. Inilah yang kusuka dari sehimpun puisi Mahmud Jauhari Ali.
Isbedy Stiawan ZS, penyair (H.B. Jassin menjulukinya Paus Sastra Lampung)
Puisi-puisi MJA yang terkumpul dalam buku ini setidaknya mennyampaikan beberapa hal penting sebagai referensi bagi pembaca. Pertama, MJA sebagai penyair muda berusaha "menjaga etos kapujanggan" dengan menghadirkan citra fiktif "Selia". Kedua, citra fiktif "Selia" dapat berupa apa saja yang menarik perhatian untuk diabadikan dalam puisi, misalnya terkait dengan keberpihakan pada sesama manusia, keprihatinan terhadap ekologi alam, satwa, hutan, dan habitat lainnya. Ketiga, setiap puisi yang bertutur tentang "Selia" tak hadir sebagai selingan belaka, melainkan memberikan sensasi kelembutan terkait dengan tema-tema yang diungkapkan. Ketiga hal ini lalu menjadi penanda bahwa puisi-puisi MJA menurut istilah Chairil Anwar "layak dicatat dan mendapat tempat".
Dimas Arika Mihardja, penyair, akademisi, dan direktur eksekutif Bengkel Puisi Swadaya Mandiri
Selia barangkali hanya sebuah nama. Tapi Selia dalam puisi-puisi Mahmud Jauhari Ali, telah membentangkan sebuah dunia yang penuh kegamangan, kemurungan, dan ketidakpastian. Jika kumpulan puisi ini adalah sungai, maka Selia adalah perahu yang mengajak pembaca untuk berlayar melintasi kedalaman air, --yang tampak tenang, tapi menyimpan marabahaya. Seperti puisi Chairil Anwar untuk gadis Sri Ayati, maka Selia yang banyak disebut dalam puisi-puisi ini, telah menjelma keindahan pedih yang pantas untuk direnungkan.
Hanna Fransisca, Penyair, Tokoh Sastra Pilihan Majalah Tempo 2010
Selia merupakan kepingan ilham yang muncerat dari eksplorasi kenangan dan pengalaman kehidupan Mahmud Jauhari Ali. Selamat dan sukses atas terbitnya antologi puisi ini.
Arsyad Inderadi, penyair, sesepuh sastrawan Kalimantan Selatan, dan penghimpun naskah dalam buku 142 Penyair Menuju Bulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!