Rabu, 31 Agustus 2011

Kenduri di Bukit Meratus

oleh Arsyad Indradi


Riangriang semesta hyang di bawah bulan di bawah bintang

Hembus napas angin malam

Titian mandurisa buka padang mandurasi

Buka pintu hati merah buka pintu hati putih

Rubuh rebah kayu talikan membuka seluasluas jagat

Dangsanak, Dam beta empunya diri dari tanah pilih

Tanah sekencurjariangau lempung meratus


Di gigir bukit berdiri kaki tunggal

Mendamak anak sima dimasa silam mengayau bumburaya

Menato rawi usia di batubatu punggung bukit

melayat sekian lengser matahari menutup padang senja di pancur airmata

menyimpan suka di guasukma melarutkan lara di guntungluka


Di batas antara rimba dan perbukitan

Dam beta empunya diri gerincing gelang bawu

Menyayapkan ruh limapuluhdua bulu anggang lalu diterbangkan

Puncak bukit membuncah langit


Dinihari

Halimun di parangmaya surya

Balianbalian pada terjaga dari balai adat pusaka

Bertuak di asap kemenyan putih melayang ke puncak bukit


Dam empunya diri dari tanah pilih lempung meratus

Bersayap limapuluh dua bulu anggang

Surup membuka lembayung surya pagi


kssb, 2011

Kado ultah dari Bukit Meratus buat Dimas Arika Mihardja (Dam)


Catatan :

Riangriang = ujaran (bhs dewa)

hyang = Dewa penguasa alam

Titian mandurisa = jembatan (jalan) panjang.

padang mandurasi = padang yang luas

kayu talikan = sejenis pohon beringin

Dangsanak = saudara (kekerabatan)

sekencurjariangau = ungkapan ada tali hubungan kekeluargaan

guntung = anak sungai

gelang bawu = gelan para balian

parangmaya = sejenis santet

Balian = dukun/orang sakti suku dayak

Mendamak = menyumpit/ sumpitan

anak sima = hantu sebangsa tuyul (mengisap darah)

mengayau = memotong kepala secara sembunyi

bumburaya = sebangsa raksasa pemakan mayat

rawi = riwayat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!