dyah ayu sukmawati, putri bungsu, satu pagi tersenyum
lalu dari bibir mungilnya terucap, "kami ditugasi guru
pentas musikalisasi puisi di kelas, mana puisi sang guru sejati, ayah?"
aku termangu, pertanyaan itu serupa puisi yang berdesah
mengeja makna kesejatian, sebuah pengabdian
aku memang pernah membukukan puisi "sang guru sejati"
akan tetapi buku itu lantaran laku keras, persediaannya terbatas
aku jadi terbata-bata untuk kembali menemu kata sebagai jawaban
"mana puisi guru sejati itu, ayah?"
matahari terbit di ufuk timur, tersenyum
lalu dengan telunjuk lurus kusebut kata penunjuk "itu!"
anakku bertanya, "maksud ayah?"
"matahari selalu bersetia membagi cahaya-Nya"
"jadi?" dahi dan kening anakku berkerut
"ya, pengabdian dan kesetiaannyaa tak disangsikan"
(anakku bergegas ke kamar mandi, lalu di antara suara shower
kudengar senandung: guru bak pelita, penerang dalam gulita
jasamu tiada tara...)
by Dimas Arika Mihardja
25 november 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!