Sabtu, 25 Februari 2012

Lelaki dari Bukit, Muhrain


ia lelaki dari bukit

matanya tahan debu kakinya tahan silap jalan

dari turunan ia berangkat menaiki kembali arti diri

lelaki dari bukit dalam lusuhnya baju ilmu

kantung beban usang ia tinggalkan

merancap di serpihan belukar hutan aksara


lelaki memamah daunan ketika lapar sakit pinggang

lampau sudah di dadanya seorang garang

lembut kini sudah dalam ucap menapak jejak baru


lalu-lalang para khafilah lewat

membujuknya pulang kembali ke sawah

tapi tekad telah bulat hendak melawat kata-kata di kota

gubuk menjadi gedung

ladang menjadi gudang

barisan bambu menjadi barisan pagar kawat

gerobak menjadi mall

sapa menjadi mual


ia masih lelaki dari bukit

terpujuk jaman karena ilmu

di telinganya azan bukan mp3

menenteng Al-Qur'an bukan laptop sandang

sepatunya dari kulit buaya tapi ia tak banyak gaya

mobilnya limosin tapi jiwanya tafsir

masih basah di dadanya nasehat bunda

dunia adalah titipan pertanggung jawaban

kemewahan adalah keniscayaan

buatkan bekal kekal amalan

berjaya di tengah kemiskinan sekaumnya dia hanyalah badut

maka ia saudagar ilmu dan pantang menentang pajak

berpuluh tertunduk ketika ia lewat

sungguh ia masih lelaki dari bukit

yang mengenal kulit sebagai kacang

yang mengenal pulang ketika sudah jaya.


by Muhammad Rain

Acehmu untuk Indonesiaku, 24 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!