ia lelaki dari bukit
matanya tahan debu kakinya tahan silap jalan
dari turunan ia berangkat menaiki kembali arti diri
lelaki dari bukit dalam lusuhnya baju ilmu
kantung beban usang ia tinggalkan
merancap di serpihan belukar hutan aksara
lelaki memamah daunan ketika lapar sakit pinggang
lampau sudah di dadanya seorang garang
lembut kini sudah dalam ucap menapak jejak baru
lalu-lalang para khafilah lewat
membujuknya pulang kembali ke sawah
tapi tekad telah bulat hendak melawat kata-kata di kota
gubuk menjadi gedung
ladang menjadi gudang
barisan bambu menjadi barisan pagar kawat
gerobak menjadi mall
sapa menjadi mual
ia masih lelaki dari bukit
terpujuk jaman karena ilmu
di telinganya azan bukan mp3
menenteng Al-Qur'an bukan laptop sandang
sepatunya dari kulit buaya tapi ia tak banyak gaya
mobilnya limosin tapi jiwanya tafsir
masih basah di dadanya nasehat bunda
dunia adalah titipan pertanggung jawaban
kemewahan adalah keniscayaan
buatkan bekal kekal amalan
berjaya di tengah kemiskinan sekaumnya dia hanyalah badut
maka ia saudagar ilmu dan pantang menentang pajak
berpuluh tertunduk ketika ia lewat
sungguh ia masih lelaki dari bukit
yang mengenal kulit sebagai kacang
yang mengenal pulang ketika sudah jaya.
by Muhammad Rain
Acehmu untuk Indonesiaku, 24 Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!