Kemarin, perjalanan kita berakhir pada muara sepi
di mana, arus berputar menenggelamkan selaksa harapan mati
Kanakkanak pelangi seperti hendak turun menjemput
namun kabutkabut berjatuhan melilit jiwa nestapa bertaut
urunglah kelap rasa yang terkumpul esa
menjadi butirbutir peristiwa binasa
Jauh samar senja beringsut malam, hanya sepotong sabit menghuni selayang pandang,
“Menempel di netraku lekat, kemudian menari ballerina hanyut dalam lamunan pekat.”
Sungguh siasia hujan menitipkan air pada telaga
tak ada lagi kata mengalir dari lubuk yang bicara
dan tiada sentosa menghuni raga
salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!