Kamis, 29 Januari 2015

MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN PUISI SEBAGAI PEMBENTUKAN PRIBADI BERKARAKTER

Sudaryono  (Dimas Arika Mihardja)
Guru Besar FKIP Universitas Jambi



ABSTRAK

Pembelajaran puisi, sebagai bagian integralpembelajaran sastra, memiliki tujuan untuk mempertajam perasaan, penalaran, daya imajinasi,kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup pembelajar. Secarakomprehensif pembelajaran puisi dapat memberikankontribusi positif dalam pendidikan moral, sikap, watak, budi pekerti,pengetahuan budaya, dan keterampilan berbahasa. Dalam konteks ini dapatdinyatakan bahwa pembelajaran puisi yang didasarkan padaparadigma dan orientasi baru implementasinya bertumpu pada kegiatan yangbersifat reseptif, kreatif, dan produktif untuk menggali, mengenali berbagai macam nilai, serta mengungkapkannya secaratertulis diyakini dapat membentuk pribadi pembelajar yang berkarakter. Makalah sederhana ini dimaksudkan untuk memperkenalkan orientasibaru model pembelajaran  kreatif dan produktif sebagai upaya pembentukan pribadi berkarakter.

Kata-kataKunci: pembelajaran kreatif dan produktif, pribadiberkarakter


A.     PENDAHULUAN
Pembelajaransastra Indonesia memiliki tujuan untuk mempertajam perasaan, penalaran, dayaimajinasi, kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hiduppembelajar. Secara komprehensif pembelajaran sastra Indonesia dapat memberikankontribusi positif dalam pendidikan moral, sikap, watak, budi pekerti,pengetahuan budaya, dan keterampilan berbahasa (Periksa Jabrohim, Ed, 1994). Pembentukan pribadi berkarakter berpangkal tolak dariranah moral, sikap, watak, dan budi pekerti. Dalam konteks ini dapat dinyatakan bahwa pembelajaransastra dapat bersifat reseptif, produktif,atau sekaligus reseptif-produktif untuk menggali, mengenali berbagai macam nilai, serta mengungkapkannya secara tertulis. Pembelajar tidak cukup dibekali pengetahuan dan sejarahsastra, melainkan juga pengalaman kreatif mencipta dan menghadirkan(menampilkan) karya sastra dalam setiap pembelajaran sastra.

Ada empat kecenderungan yang secaraumum memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi paradigma lamapembelajaran sastra (Periksa Sudaryono, 1992 dan 2007; Sayuti, 2000 dan 2003;Hasanuddin, 2002). Pertama, pembelajaran sastra cenderung mengarah padasejarah dan teori sastra. Kedua, dalam pembelajaran sastra pembelajarkurang diberikan ruang yang cukup untuk meresepsi dan mereaksi sastra. Ketiga,terkesan ada jarak antara pembelajaran sastra dan perkembangan sastra. Keempat,dalam pembelajaran sastra pembelajar kurang diberi kesempatan untuk berlatihsecara kreatif dan produktif menciptakan karya sastra.

Empat kecenderungan itu perlu diantisipasi oleh pengajardengan mencari orientasi baru dalam upaya untuk merekayasa pembelajaran sastrayang kondusif, apresiatif, kreatif, dan produktif. Situasi dan kondisi yangkondusif adalah situasi dan kondisi yang memungkinkan pembelajar dapat bersifatreseptif, reaktif, dan atraktif selama proses pembelajaran. Selain itu,pengajar perlu menciptakan strategi pembelajaran yang apresiatif, yaknistrategi yang tidak bersifat indoktrinatif, melainkan strategi pembelajaran yangmemungkinkan pembelajar kreatif dan produktif. Dengan pembelajaran sastra yang kondusif dimungkinkan terdapatruang-ruang untuk mengeksplorasi pembentukan pribadi pembelajar yangberkarakter. Makalah sederhana inidimaksudkan untuk memperkenalkan orientasi baru pembelajaran sastra, yaknipembelajaran kreatif dan produktif yangberorientasi dan berpangkal tolak dari paradigma pembelajaran pembentukanpribadi yang berkarakter.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam usahapembangunan bangsa kita dewasa ini ialah pembentukan pribadi berkarakter. Duniapendidikan berkepentingan melakukan usaha peningkatan pribadi berkarakter untukmengambil posisi dan menempatkan presisi yang prestise di tengah karut-marutpersoalan yang dihadapi negeri ini. Pentingnya pembentukan pribadi berkarakterdi kalangan pembelajar didukung oleh pandangan Norman Podhoretz (dalamJabrohim, 1994) bahwa “sastra dapat member pengaruh yang sangat besar terhadapcara berpikir seseorang mengenai hidup, mengenai baik buruk, mengenai benarsalah, mengenai cara hidup sendiri serta bangsanya”. Pembelajaran puisi sebagaibagian dari sastra diyakini dapat membentuk dan memajukan pribadi yang fully functioning person, seorangpribadi yang paripurna sebagai individu, makhluk social dan sebagai makhlukTuhan.


B. MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF
Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif (MPKP) mengindikasikan adanya empat prosedur, yakni (1)orientasi, (2) eksplorasi, (3) interpretasi, dan (4) re-kreasi. Langkahpertama, orientasi, diawali dengan orientasi untuk mengkomunikasikan danmenyepakati tugas dan langkah pembelajaran. Pengajar mengkomunikasikan tujuan,materi, waktu, langkah, dan hasil akhir serta penilaian yang dilakukan.Pengajar dan pembelajar memiliki kesepakatan tentang hal-hal yang akandilakukan dan dihasilkan selama proses pembelajaran berlangsung.

Langkah kedua, eksplorasi, pada tahap ini pembelajarmelakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang akan dikaji dengan berbagaicara seperti membaca dan menikmati secara langsung karya sastra, melakukanobservasi, mencacat kesan, melakukan wawancara, menonton pertunjukan, melakukanpercobaan, browsing internet. Kegiatan ini dapat dilakukan baik secara individual maupun secarakelompok. Waktu untuk eksplorasi disesuaikan dengan luasnya bidang yang harusdiesplorasi. Eksplorasi yang memerlukan waktu lama dilakukan diluar jampelajaran, sedangkan eksplorasi yang singkat dilakukan di dalam pembelajaran.

Langkah ketiga, interpretasi. Dalam tahap interpretasi,hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanyajawab, atau eksperimen. Interpretasi dilakukan pada kegiatan tatap muka. Padaakhir tahap interpretasi diharapkan semua pembelajar telah memahamikonsep/topik/masalah yang dikaji.

Langkah keempat, re-kreasi. Pada tahap re-kreasipembelajar ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pemahamannyaterhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-masing.Misalnya dalam apresiasi sastra, pembelajar dapat diminta menulis skenariodrama dari novel yang sedang dikajinya, atau menulis kembali sudut pandangseorang pelaku, atau menulis puisi yang paling tepat mencerminkan satu situasidalam novel. Re-kreasi dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Hasilre-kreasi merupakan produk kreatif dapat dipresentasikan, dipajang, atauditindaklanjuti. Istilah re-kreasi dapat diartikan sebagai upaya‘penciptaan kembali’. Dalam imple-mentasinya, pengajar memberikan cukup ruang bagipembelajar untuk menulis puisi berdasarkan unsur-unsur yang terdapat di dalampuisi lain yang pernah dibacanya.

MPKP pada prinsipnya dapat diimplementasikan untuk semuamateri pembelajaran sastra. Dalam artikel ini ditampilkan implementasi MPKPuntuk pembelajaran puisi. Setelah melewati tahap orientasi, eksplorasi,dan  interpretasi (yang menggambarkanproses menggemari, menikmati, dan mereaksi), pengajar dapat merancangpembelajaran puisi dengan mengembangkan tahap re-kreasi, yakni tingkatmemproduksi atau menghasilkan karya. Berikut ini dikemukakan ilustrasiimplementasi MPKP dalam pembelajaran puisi yang difokuskan pada pembentukan pribadi berkarakter melalui kegiatanreseptif dan produktif yang bertumpu pada eksplorasi (1) tema, (2) nada, (3)suasana, dan (4) latar. Dalam implementasinya, keempat hal ini disajikan secaraterpadu dengan scenario seperti ini: (1) meresepsi sebuah puisi danmemproduksi sebuah puisiberdasarkan tema puisi lain yang pernah dibaca, (2) meresepsi nada puisi tertentu dan memproduksi puisi berdasarkan nada puisi lain yang pernah dibaca,(3) meresepsi suasana puisi tertentu danmemproduksi sebuah puisiberdasarkan suasana puisi lain, dan (4) meresepsi danmemproduksi puisi berdasarkanlatar puisi lain.

1. Meresepsi dan Menulis Puisi Berdasarkan Tema Puisi Lain
Dalam kegiatan re-kreasi sebaiknya selalu dihubungkandengan kemungkinan mengemabangkan keterampilan berbahasa pembelajar, yaknikemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Selain itu, kegiatanre-kreasi ada baiknya diarahkan untuk mengembangkan cipta, rasa, karsa, danmenunjang pembentukan watak pembelajar. Berikut ini disajikan sebuah puisi“Tanah Kelahiran” karya Ramadhan KH sebagai pangkal tolak dalam pembelajaranpenulisan kreatif puisi berdasarkan persamaan tema.

TANAH KELAHIRAN

Seruling di pasir ipis, merdu
antara gundukan pohonan pina
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang—Tangkubanperahu

Jamrut di pucuk-pucuk
Jamrut di air tipis menurun

Membelit tanngga di tanah merah
dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan kentang sudah digali
Kenakan kebaya merah kepewayangan

Jamrut di pucuk-pucuk
Jamrut di hati gadis menurun.
                                (Ramadhan KH)

Puisi Ramadhan bertemakan tentang keindahan alamPriangan, Jawa Barat. Tema keindahan alam dalam puisi Ramadhan berupapengungkapan pengalaman indria penyair yang dituangkan dengan cara pelukisan.Pada lukisan tersebut perasaan penyair tampil bersama tanggapan yang tersirat.Berpangkal tolak dari tema yang sama, pengajar dapat mengarahkan parapembelajar untuk melakukan kegiatan re-kreasi. Dalam pengim-plementiannya,pembelajar tidak melakukan rekonstruksi pemandangan alam Priangan, melainkandiarahkan pada upaya mengapresiasi dan menyerap keindahan di tempat asalpembelajar. Misalnya, pembelajar berasal dari kota Malang, mungkin akandihasilkan puisi yang bersangkutan dengan keindahan tempat rekreasi, sepertiberikut.

SELECTA, SATU  KETIKA

padang ilalang membentang
selalu bergoyang pagi hingga petang
lambaiannya mengundang senyum pendatang
kebun agrowisata dan tanah-tanahpertanian
semua menjanjikan dan menyajikanlanskap kenikmatan

segalanya tembus pandang, sayang:
plaza, toserba, mengundang kencanberdua
gunung-gunung berselibut kabut
hingga laut tempat cinta terpautbergelora di dada

segalanya nganga terbuka, sayang:
etalase cinta
daun jendela
pigura berdinding kaca

segalanya terdedah, sayang:
lembah senyum merekah
ngarai menyemai damai
blewah, mangga, semangka
penyegar jiwa-raga semua tersedia

Terlepas dari kualitas, puisi yang diciptakan olehpembelajar berjudul “Selecta” secara langsung dapat dihubungkan denganketerampilan berbahasa. Menghasilkan puisi, merupakan hasil pengembanganketerampilan menulis. Dalam implementasi pembelajaran, puisi karya pembelajarsebaiknya dibacakan secara estetis (mengembangkan keterampilan membacaestetis), disimak oleh pembelajar lain (mengembangkan keterampilan menyimak),dibicarakan di dalam kelas (mengembanngkan keterampilan berbicara).

Penuangan gagasan tentang keindahan alam ke dalam wujudpuisi, secara langsung atau tidak langsung, dapat mengembangkan daya cipta,rasa, dan karsa bahkan dapat membentuk watak, yakni cinta pada tempattinggalnya, tempat kelahirannya, atau kekayaan panorama yang dibanggakannya.Selanjutnya, pengajar dapat menindaklajuti dengan pemberian tugas menciptapuisi berdasarkan tema-tema yang sama. Dalam konteks ini pembelajar dapatditugasi menulis puisi berdasarkan tempat-tempat yang dapat menggugah rasaestetis. Puisi-puisi karya pembelajar ini sebaiknya dibacakan, dibicarakan,dipajang pada majalah dinding atau majalah, atau diantologikan.
Kegiatan-kegiatan itu dapat menumbuhkan motivasi dannilai-nilai positif. Kegiatan seperti ini sejalan dengan tujuan pembelajarandan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang apresiatif, aspiratif,kondusif, dan edukatif. Berpangkal tolak dari tema puisi lain, selanjutnyapengajar dapat memperluas ranah tema: cinta tanah air, petualangan,kepahlawanan, patriotisme, dan lain-lain. Hal yang selayaknya menjadi catatanpengajar ialah: kegiatan re-kreasi berdasarkan persamaan tema atau pengembangantema menuntut pengajar berpandangan luas, adil, dan bersikap “ngemong” dandapat membimbing, memandu, mengajak, serta mengarahkan pembelajar mencapaitujuan yang telah dirumuskan. Selain itu, sebaiknya pengajar memilikipengalaman menulis puisi dan memiliki dasar-dasar apresiasi puisi yang memadai.

2. Meresepsi dan Menulis Puisi berdasarkan Nada Puisi Lain
Nada puisi ialah cara penyair mengungkapkan pikiran danperasaannya (Sumardjo, 1986). Menurut Sudjiman (1984) nada ialah gaya atau caramenulis atau berbicara yang khas. Kadang-kadang nada tulisan mengungkapkankeadaan jiwa atau suasana hati penulisnya. Setiap puisi yang ditulis olehpenyair tentu memiliki nada yang khas, sesuai dengan keadaan penyairbersangkutan. Nada Ramadhan KH dalam puisi “Tanah Kelahiran” adalah perasaankagum atas keindahan tanah kelahirannya, yaitu Priangan. Perasaan kagum itudingkpkannya dengan pelikisan detail-detail keindahan tanah kelahirannya.Pengungkapan detail-detail keindahan alam dilakukan oleh penyair seperti kerjaseorang kameramen yang meyorot detail-detail keindahan alam tanah Pasundan.

Berpangkal tolak dari sikap mengangumi tanah kelahirantersebut, pengajar menugasi pembelajar untuk ‘mengabadian’ berbagai perasaan kedalam puisi. Pengajar memberikan ruang dan kesempatan yang luas bagi pembelajaruntuk mengeksplorasi berbagai sikap berdasarkan kegiatan re-kreasi. Dari kegiatanre-kreasi, mungkin, diciptakan puisi seperti ini.

JOGJA, KOTA KATAKU

kukira ini bukan mimpi, tapi tragedi
gempa bumi mengguncang sendisendinurani
dan merapi tiada henti menggetarkandada kota ini

jogja, kota kataku rata:
tiada tari, nyanyi, juga puisi
jogja, kota mimpiku di atas bara:
gedung agung sepertinya dihuni mbilung
petinggi dan birokrasi
             bingung membagi sebungkus nasi

jogja, oh, jogja
kukatakan kakakakaku:
aroma teh
dan wangi kopi
tak sempat dinikmati pagi itu   

luka itu ah ah ah
nyeri itu ih ih ih
luka dan nyeri itu alangkah perih!

Puisi “Jogja, KotaKataku” mengungkapkan sikap penulisnya. Nada puisi itu barangkali dapatmenggugah hati, merangsang empati, menimbulkan simpati karena sikap penyairnyajelas: ada gambaran sedih, perih, prihatin, dan sikap kritis. Nada puisimemungkinkan pembelajar yang menulis puisi melakukan eksplorasi seluas-luanyadalam bersikap.

Eksplorasi nada atau sikap penyair terhadap gempa yangmeluluhlantakkan kota Jogja dan sekitarnya seperti tertuang dalam puisitersebut pada gilirannya dapat menggambarkan sikap pembelajar. Dengan strategire-kreasi berdasarkan nada puisi lain, pembelajar dapat secara leluasabersikap. Sikap-sikap yang diekspresikan oleh pembelajar merupakan manifestasiberbagai sikap pembelajar dalam menghadapi berbagai peristiwa nyata.

Implementasi strategi re-kreasi berdasarkan nada puisilain dapat mendukung peningkatan empat keterampilan berbahasa dan mendukungpengembangan daya cipta, kreativitas, dan dapat memperkokoh pembentukan watakyang secara kultural, ideologis, dan pragmatis amat berguna bagi pembentukanpribadi paripurna.

3. Meresepsi dan Menulis Puisi Berdasarkan Suasana Puisi Lain
Suasana dalam konteks ini mengandung pengertian ‘perasaanpenyair’ pada saat menulis puisi. Puisi “Tanah Kelahiran” menyiratkan bagaimanasuasana perasaan Ramadhan KH, yakni perasaan terpesona terhadap kejelitaantanah kelahirannya. Berdasarkan suasana yang sama (atau berbeda) pengajar dapatmerancang re-kreasi. Pengajar, misalnya, dapat merancang pembelajaran menuliskreatif puisi berdasarkan rasa kagum kepada pemimpin, tokoh-tokoh masyarakat,pahlawan, dan lain-lainnya.

Dalam kegiatan belajar-mengajar, pengajar dapatmengarahkan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ditargetkan. Pengajar,misalnya, dapat menugasi siswa menulis puisi dengan ‘angle’ seperti ChairilAnwar mengangumi sosok Diponegoro. Kalau ada pembelajar menulis puisibedasarkan rasa kagumnya pada sosok B.J. Habibie dalam pengembangan teknologi,mungkin dihasilkan puisi seperti berikut ini.


HABIBIE, YA,HABIBIE

Bola matamu, ya Habibie, seluasmatahari
memandang teknologi, mendulangbesi-besi
seperti Gatotkaca: otot kawat balungwesi
mengepakkan sayap-sayap di langittinggi

Aku belajar ilmu pasti, ya Habibie
bukan untuk mengumbar janji
Aku ingin jadi garuda mengarungicakrawala
menembus segala rahasia semesta

Puisi “Habibie, ya, Habibie” memaparkan berbagai suasanahati penulisnya. Menghadapi puisi yang ditulis oleh pembelajar, seorangpengajar hendaknya dapat memberikan penghargaan atau penilaian objektif danjujur sehingga pembelajar benar-benar termotivasi untuk memiliki sikap dankemandirisn melalui proses pembelajaran.

4. Meresepsi dan Menulis Puisi Berdasarkan Latar Puisi Lain
Latar berhubungan dengan segala keterangan mengenaiwaktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman,1984). Latar dalam puisi berupa keadaan sosial, sejarah, dan sebagainya yangmenjelaskan terjadinya lakuan. Latar “Tanah Kelahiran” dapat dijadikan pangkaltolak dalam menulis puisi baru. Sebagai variasi, pengajar dapat mengarahkanpembelajar untuk melaksanakan re-kreasi (penciptaan kembali) berlatar kota-kotadi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Ambon, Bali, dan seterusnya. Selain itu,pembelajar dapat diarahkan menulis puisi berdasarkan latar sosial, sejarah,agama, dan lain-lain latar. Contoh puisi yang berlatar daerah Jambi dapatdihadirkan di sini.

ELEGI BATANGHARI
setelah berkalikali merpati ingkarjanji
kembali kukaji notasi “Sepucuk JambiSembilan Lurah”
anakanak negeri ini gemar benarmengurung diri
melukis mimpimimpi
berlari melintas Aur Duri

aku berdiri merentang panjang jembatanini
riak dan ombak berontak sepertikaligrafi
memusar dan melingkari adat tradisi
derap sepatu politisi dan jaringbirokrasi

aku berlari seperti Acep Syahril yangnggigil
mindah nasib sendiri (Ketika IndonesiaBerlari)
aku berlari seperti Ary Setya Ardhimeratapi dinasti Abunjani
aku berlari membawabawa nyeri
dan Batanghari masih enggan berbagi

Puisi sebagai karya kemanusiaan yang kreatif, imajinatif,dan sugestif dapat berfungsi memberikan pengaruh positif terhadap cara berpikirorang mengenai baik dan buruk, mengenai benar dan salah, dan mengenai carahidupnya sendiri serta bangsanya. Intinya, bahwa puisi dalam kehidupan manusiajauh dari hal-hal yang bersifat kebendaan. Orientasi hakikat puisi selalumengarah kepada hal-hal yang bersifat spiritual. Dengan demikian pembelajaranpenulisan kreatif puisi, sebagai sarana pembentukan pribadi paripurna, baikdiarahkan pada upaya pembentukan watak dan pribadi yang kreatif yang berbasispengembangan spiritual.

Sebagai tindak lanjut, untuk penambahpengalaman individu, pengajar dapat memilih dan memilah bahan berupa puisi yangbercorak lirik, epik, atau dramatik. Puisi berjenis lirik dikenal puisi yangtergolong kognitif, afektif, dan ekspresif. Dalam puisi epik dikenl puisiberupa epos, fabel, dan balada. Dalam puisi dramatik dikenal ode, himne, elegi,satir, dan parodi. Bahan-bahan itu dapat dilatihkan dan pembelajar melakukaneksplorasi seluas-luasnya.

C. PEMBENTUKAN PRIBADI BERKARAKTER
Pembentukan pribadiberkarakter menjadi tujuan utama pembelajaran puisi. Melalui pembelajaran yangbersifat reseptif, kreatif, dan produktif memungkinkan seluruh potensipembelajar berkembang sesuai dengan harapan. Dalam kaitan pembentukan pribadi berkarakter, pembelajaran puisi seyogianya diarahkan pada kegiatan apresiasi pembelajarterhadap berbagai ragam dan manifestasi karya sastra. Kegiatan apresiasi sastra merupakan prosesyang menggambarkan adanya empat tingkatan, yakni (1) tingkat menggemari, (2)tingkat menikmati, (3) tingkat mereaksi, dan (4) tingkat menghasilkan (Wardani,1981:1-2). Empat tingkatan ini secarakonseptual mewadahi kegiatan yang bersifat reseptif, kreatif, dan produktifuntuk pembentukan pribadi pembelajar yang berkarakter.

Pertama, tingkat menggemari ditandai oleh adanya rasatertarik pembelajar terhadap karya sastra serta berkeinginan membacanya. Padasaat membaca seseorang pembelajar mengalami pengalaman yang ada dalam sebuahkarya. Ia terlibat secara intelektual, emosional, dan imajinatif dengan karyaitu. Dalam peristiwa seperti itu pikiran, perasaan, dan imajinasi seseorangmelakukan penjelajahan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengarang.

Kedua, dalam tingkat menikmati seorang pembelajar mulaidapat menikmati karya sastra karena pengertian telah tumbuh. Dengan mengenal,memahami, merasakan, dan mengambil makna pengalaman orang lain yang dicapaipada tingkat menggemari. Seorang pembelejar jadi bertambah pula pengalamannyasehingga dapat lebih baik menghadapi kehidupannya sendiri. Dengan membacasastra seorang pembelajar dapat merasakan kepuasan. Kepuasan estetik namanya.

Ketiga, tingkat mereaksi ditandai oleh adanya keinginanpembelajar untuk menyatakan pendapatnya tentang karya yang telah dinikmatinya.Pada tingkat ini daya intelektual pembelajar mulai bekerja lebih giat.Seseorang pembelajar mulai bertanya pada dirinya sendiri tentang maknapengalaman yang didapatnya dari karya sastra. Ia mulai bertanya mengapa penyairmengungkapkan hal itu, bagaimana implikasinya. Pembelajar pada tingkat mereaksiini akan memperoleh pengalaman yang lebih dalam dan kenikmatan yang lebihtinggi berkat kemampuan intelektualnya. Pada tingkat mereaksi ini dapatdiwujudkan melalui tulisan resensi atau berdebat dalam suatu diskusi sastra.

Keempat, tingkat produktif. Tingkat produktif dalamkegiatan apresiasi sastra ditandai oleh kemampuan menghasilkan karya sastra.Keempat tingkatan apresiasi sastra tersebut memiliki relevansi dengan ModelPembelajaran Kreatif dan Produktif (MPKP). MPKP diharapkan mampu meningkatkankualitas pembelajaran, baik di jenjang pendidikan dasar dan menengah, maupunpada jenjang perguruan tinggi. Depdiknas, (2005:112) menyatakan “model kreatifdan produktif dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatanpembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasilbelajar.” Pendekatan itu antara lain belajar aktif, kreatif, konstruktif,kolaboratif, dan kooperatif. Karakteristik penting setiap pendekatan tersebutdiintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang memungkinkan pembelajarmengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bersumber daripemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji.

Beberapa karakteristik yang merupakan prinsip dasar MPKPadalah pertama, keterlibatan pembelajar secara intelektual dan emosional dalampembelajaran. Kedua, pembelajar didorong untuk menemukan/ mengkonstruksisendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan melaluiberbagai cara seperti observasi, diskusi, atau percobaan (melalui orientasi daneksplorasi). Ketiga, pembelajar diberi kesempatan untuk bertanggung jawabmenyelesaikan tugas bersama (melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi, dan“re-kreasi”).  Keempat, pada dasarnyauntuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi,antusias, serta percaya diri.

DPENUTUP
Dengan mengacu model pembelajaran yang relevan, modelpembelejaran kreatif dan produktif diasumsikan mampu memotivasi pembelajardalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untukmenyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif dan produktif. Dampak instruksionalyang dapat dicapai melalui model pembelajaran kreatif dan produktif antara lain(1) pemahaman pembelajar terhadap suatu nilai, konsep, atau masalah tertentu;(2) kemampuan pembelajar menerapkan konsep/memecahkan masalah, serta (3)kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman. Dampak lain ialahterbentuknya kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab, sertabekerja sama. Dampak instruksional dan dampakpengiring seperti itu hakikatnya merupakan hasil pembentukan pribadiberkarakter bagi pembelajar.

Materi yang sesuai disajikan dengan model kreatif danproduktif sebagai upaya pembentukan pribadiberkarakter merupakan materiyang menuntut pemahaman yang tinggi terhadap nilai, konsep, atau masalah aktualdi masyarakat serta kemampuan menerapkan pemahaman tersebut ke dalam bentukkarya nyata. Bahan-bahan pembelajaran dalam pembelajaran kreatif dan produktifperlu diusahakan secara bervariasi. Variasi bahan-bahan pembelajaran untuk“merangsang” pembelajar dalam pembelajaran sastra hendaknya mempertimbangan (1)bahasa, (2) psikologi pembelajar, dan (3 latar belakang budaya yang sesuaidengan kondisi pembelajar.

Model kreatif dan produktif tidak terlepas dari kelemahandi samping kekuatan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut terkait dengankesiapan pengajar dan pembelajar untuk terlibat dalam nuansa pembelajaran yangsama sekali berbeda dengan model tradisional (ceramah). Kelemahan ini dapatdiatasi, misalnya, dengan menyediakan panduan yang memuat cara kerja yangjelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta deskripsi tentanghasil akhir belajar yang diharapkan. Model ini memerlukan waktu yang cukuppanjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yangdiperlukan mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan terstrukturdan mandiri.

Dalam pembelajaran apresiasi sastra, sebaiknya guru“menghadirkan” atau “menampilkan” karya sastra (prosa, puisi, atau drama) didalam kelas. Upaya menghadirkan sastra ke dalam kelas realisasinya dapatbermacam-macam, misalnya: sastra dibaca secara estetis, karya sastra prosadijadikan pangkal tolak untuk menulis kreatif puisi. Sebagai variasi lain,pembelajar dapat juga diminta menampilkan musikalisasi puisi. Dan kemungkinanterakhir, guru dapat mengarahkan pembelajar untuk memajang karya mereka dimajalah dinding sekolah. Pembelajaran apresiasi sastra akan mendatangkankesenangan dan kenikmatan apabila pelaksanaannya selain kreatif juga produktif.


RUJUKAN
Hasanuddin. 2002. ”ProblematikPendidikan dan Pengajaran Sastra di Sekolah: Pembelajaran Tanpa GuruBerkualitas”. Artikel  disajikan dalam PILNASHISKI di Yogyakarta 8—10 September 2002.
Jabrohim (Ed).1994. PengajaranSastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan FPBS IKIP MuhammadiyahYogyakarta.
Sayuti, Suminto A. 2000. MenujuPendidikan dan Pengajaran Sastra yang Memerdekakan”. Dalam Sastra:Ideologi, Politik, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Muhammadiyah UniversityPress dan HISKI Komisariat Surakarta.
Sayuti, Suminto A. 2003. ”MenujuPembelajaran Bahasa dan Sastra yang Bermakna”. ArtikelKongres BahasaIndonesia VIII. Jakarta 14—17 Oktober 2003.
Sudaryono. 1992. ”Pengajaran SastraBelum Merdeka”. Artikel dimuat dalam harian PelitaEdisi Minggu,26 Juli 1992, hal. 5.
Sudaryono. 2007. ”Implementasi StrategiRe-kreasi dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran CertelVol 3 No 2 Januari 2007, hal.155.
Sudjiman, Panuti. 1994. Kamus Istilah Sastra. Jakarta:Gramedia.
Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1986. ApresiasiKesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Wardani, IGAK. 1981. ”PengajaranSastra”. Jakarta: Penataran Lokakarya Tahap II Proyek Pengembangan Guru,Depatemen P dan K.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!