oleh: Prof. DR. Hayatullah Al Rasyid (Erry Amanda)
Makalah Pengantar Pengajian RIC & ISSC
Jika saya ingin membelokkan arah waktu, maka saya harus terlempar di antara planet-planet. Di sana saya tidak akan mampu menghitung waktu, keluar dari konsensi waktu. Keluar dari dimensi ruang di mana waktu keluar dari parameter hitungan. Waktu menjadi sangat tidak penting, karena tidak ada property running time dari jarak tempuh waktu itu sendiri. Tidak ada patokan jumlah yang di dukung oleh paragraph – paragraph nilai di luar waktu itu sendiri.
Jika saya berdiri di dimensi ruang dan waktu, maka; “saya bisa masuk ke dalam waktu atau waktu yang memasuki diri saya”. Ketika waktu masuk di dalam diri saya, tak ada ukuran apa pun yang bisa mengindra waktu di dalam diri saya. Detak jantung, percepatan, jumlah udara yang saya hirup atau dihela, Berapa lama darah saya mengalir, berapa lama gen gen saya menerima pesan dari sejumlah teori muasal mencatat, menganalisa, mengelola, mendistribusikan dan seterusnya, semua berada di luar hitungan waktu rasional saya.
Manakala saya harus masuk di dalam ruang waktu itu sendiri, saya harus menghitungnya, memfungsikannya (sesuai dengan standar kepentingan yang saya sadari), mengamati, mengelola, menjaga dan seterusnya.
Dalam kesadaran yang lain, “SAYA TAK MAU DIHITUNG WAKTU DAN WAKTU TIDAK MENGHITUNG DIRIKU”. Ketika saya harus masuk di dalam kepentingan pribadi, reaksi epikreasi, dimensi waktu sangat tidak mempengaruhi atau tidak mendayakan batasan jarak, saya berada pada nilai domain (tanpa merujuk pada dalil perpotongan) namun lebih kepada linierisma di sejumlah gerak tanpa hitungan.
Berpikir, beribadah, penyerahan kesadaran, semua di luar jangkauan waktu, karena saya tak mau bersilang dengan cosinas2 jarak dan percepatan.
Jika waktu adalah jumlahan dot metrical, maka setiap dot memiliki jaringan waktu yang tak terukur, sehingga saya bebas berada di setiap titiknya.
Ujungnya, “saya tidak mau bertikai masalah waktu di mana saya harus berada di dalamnya”. Saya menyadari fungsi waktu empirik pada nilai usage yang telah ditetapkan atau substansial nilai waktu (sunnatullah) yang saya istilahkan sebagai PROTOECOLOGY, maka seluruh waktu dan perubahan atau suatu gerakan yang berlanjut, saya harus selalu ada di dalamnya (dalam mencermati gerak yang harus saya setarakan dengan gerak yang lain dan harus tetap berada PADA nilai nilai normatif yang saya yakini.
II
Waktu (masa) adalah difinitif gerak (rotary) seluruh besaran nilai (yang bagi biota di planet bumi) diletakkan pada dimensi "siang dan malam" (substansi SUN DIAL). Ketika distansi, velositas (RUNNING TIME) yang berada pada devoltasi realitas empirikal "SIANG & MALAM" kita coba melakukan pengandaian radical atmospherical, : seseorang terlempar di tengah2 antara planet2 dan bintang2, mampukah seseorang tersebut
membedakan gerak waktu, "siang dan malam?". Bisakah kita mampu menangkap gerak pesawat yang kita tumpangi dengan kecepatan 100 mil perdetik misalnya - saat pesawat tersebut berada di atas awan? Mengapa pesawat terasa tak bergerak? Gerak atau percepatan nampak secara empirik manakala terjadi diferensi gerak (diam),
maka jika tak ada pembanding gerak, percepatan atau kecepatan tak terhingga pun tak akan mampu diindera pada realitas kasat, sehingga nilai gerak memiliki "kwadran2" nilai banding dalam berbagai jumlahan makna. Waktu akan desappear ketika dimensi waktu terlepas dari pemaknaan substansialnya. Baca Surat Al Ashr (makna waktu dalam Sumpah Allah pada nilai waktu memiliki cakupan tak terbatas bagi pengguna waktu bernama manusia: yang Lukman Harapap tandai sebagai memiliki "human omny potency") meski harfiah Surat tersebut sangat sederhana : YAKIN, BAIK, BENAR dan SABAR yang berhubungan pemaknaan nilai kelola waktu dalam jalur "linier" di sejumlah ranah kehidupan.
Dalam Surah inilah yang menginspirasikan teori TIME MOTION MANAGEMENT yang di dalamnya mencakup nilai-nilai implementasi dan besaran nilai yang bersifat teorimatikal :
MILITANSI
KONSEP
DISIPLIN
mencakup
SPIRIT FOR LIFE
FIGHTING FOR LIFE
STRUGLE FOR LIFE
IMPROVING COURSES
PROGRESSING COURSES
DEVELOPING COUSES
sementara coba kita masuki TIME BEYOND THE DESIRING OF WARS
(Perang hasrat yang berada pada gerak waktu) maka peringatan atas pengelolaan waktu yang di dalam firman Allah SWT, merupakan sejumlah nilai makna kelola yang tak terbatas pada sifat dasar manusia (hasrat).
Pengatar Kajian REVIVIALIST ISLAMIC COMMUNITY 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!