Sabtu, 10 September 2011

Roman Anak 5


ada anak lahir

dihantar bait-bait “khabbiri, ya

nusaima”

wahai, kabarkan hatiku

wahai, angin sepoi


dan bapaknya sedang berpuasa

menahan diri

dari menggunjing harta

dari mengkritik pejabat negeri

dari berlebihan menulis puisi


“jabang bayi

meneng

meneng”


(dan ia lahir dengan gagah berani

pedang di tangan kanan

kamus di tangan kiri)


ia akrab dengan udara pagi

dan sinar matahari yang tak mahal

dibandingkan teknologi medikal

semua itu

mengajarinya

merawat tawakkal

sebagaimana bapak dan bunda

mencoba tak mencerca selisih harta

mencoba tak mendebat harga pasar


hari-hari selalu indah

bapak meneguk mangkuk shalawat

dan bunda mengeja skema syariat

ia pun siap

belajar nahwu dan adab

mantiq dan ilmu silat


di negara yang masih saja

dikendalikan konspirator dan mafia

ia cepat menjadi dewasa

secepat kemampuannya

mengurai hukum dan fatwa


ia berkarib rumi, hallaj, ibn arabi

malik, abu hanifah, syafi’i, ahmad

dan anak-anak ali

dan tetap merasakan lezatnya

melantunkan qashidah mawlid

menghirup semerbak salam

berjumpa kekasih pilihan


asyiq ah

asyiq ah


dan jika kelak

begitu hiruk pikuk dunia

oleh kebebalan birokrasi instansi

kedhaliman senapan tentara

ketimpangan pengadilan negeri

ia telah bersiaga diri

sehingga ia tetap setia

menggali sastra

hingga kerak teologi


tak ada yang mampu mengganggu

ia, si perindu


2011

(refleksi kelahiran Nahvizaman Sayyaf, 22 Agustus 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!