ada anak lahir
dihantar bait-bait “khabbiri, ya
nusaima”
wahai, kabarkan hatiku
wahai, angin sepoi
dan bapaknya sedang berpuasa
menahan diri
dari menggunjing harta
dari mengkritik pejabat negeri
dari berlebihan menulis puisi
“jabang bayi
meneng
meneng”
(dan ia lahir dengan gagah berani
pedang di tangan kanan
kamus di tangan kiri)
ia akrab dengan udara pagi
dan sinar matahari yang tak mahal
dibandingkan teknologi medikal
semua itu
mengajarinya
merawat tawakkal
sebagaimana bapak dan bunda
mencoba tak mencerca selisih harta
mencoba tak mendebat harga pasar
hari-hari selalu indah
bapak meneguk mangkuk shalawat
dan bunda mengeja skema syariat
ia pun siap
belajar nahwu dan adab
mantiq dan ilmu silat
di negara yang masih saja
dikendalikan konspirator dan mafia
ia cepat menjadi dewasa
secepat kemampuannya
mengurai hukum dan fatwa
ia berkarib rumi, hallaj, ibn arabi
malik, abu hanifah, syafi’i, ahmad
dan anak-anak ali
dan tetap merasakan lezatnya
melantunkan qashidah mawlid
menghirup semerbak salam
berjumpa kekasih pilihan
asyiq ah
asyiq ah
dan jika kelak
begitu hiruk pikuk dunia
oleh kebebalan birokrasi instansi
kedhaliman senapan tentara
ketimpangan pengadilan negeri
ia telah bersiaga diri
sehingga ia tetap setia
menggali sastra
hingga kerak teologi
tak ada yang mampu mengganggu
ia, si perindu
2011
(refleksi kelahiran Nahvizaman Sayyaf, 22 Agustus 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!