Judul: Orang-Orang di Batas Garis
Penulis: Wahyu Wyaz, dkk
Tebal: xii + 151 halaman
Harga: @Rp 35 ribu
Saya teringat dengan adagium dalam sastra bahwa “karya sastra itu tidak lahir dari kekosongan budaya”. Hal ini mengindikasikan adanya realitas sosial dan budaya yang bernas muncul dalam karya sastra sekalipun hanya sebuah imajinasi pengarangnya. Justru imajinasi dunia dalam kata yang diguratkan seorang pengarang merupakan sebuah kekuatan yang sangat simbolik dalam menyampaikan kebenaran. Dalam bahasanya A Teeuw karya sastra mungkin kurang benar secara fakta tetapi masuk akal secara maknawi. Oleh sebab itu, seorang pengarang dalam menghasilkan karya mau tidak mau terikat pada realitas dan simbol yang terdapat dalam masyarakatnya. Realitas dan simbol inilah yang kerap muncul dalam karya-karya sastra sebagai wahana menyampaikan kebenaran maknawi.
Hakikat ini pula yang saya baca melalui Kumpulan Cerpen Orang-Orang di Batas Garis. Melalui kumpulan cerpen ini para penulis mengekspresikan realitas yang ada dalam masyarakatnya. Mencatat fenomena sosial yang terjadi disekitarnya, baik itu secara sadar maupun tidak. Seolah-olah para penulis ingin berkata inilah gambaran dunia sekitar kita yang penuh dengan kejadian, drama, dan kejutan yang tanpa disangka-sangka. Potret pilu, bahagia, mistik, karut-marut sosial, dan renungan religius bercampur baur dalam goretan penulis melalui kumpulan cerpen ini.
-Dedy Ari Asfar-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!