Oleh: Andrian Eksa
Judul Buku:
CAU CAU CUA CAU GumamASA
Tebal Buku: 190 hlm, 13x19
Nama Penulis: Ali Syamsudin Arsi
Cetakan: Pertama, Juni 2014
ISBN: 978-602-1649-24-4
Tebal Buku: 190 hlm, 13x19
Nama Penulis: Ali Syamsudin Arsi
Cetakan: Pertama, Juni 2014
ISBN: 978-602-1649-24-4
Pendahuluan
Jika ada yang bertanya, “adakah cara lain untuk
mengungkapkan isi hati, selain berbicara, dan menulis?”. Maka dengan lantang,
Ali Syamsudin Arsi (selanjutnyaditulis ASA saja) menjawab, “ada, gumam!”
Fenomenagumam memang belum diketahui semua orang. Saya
sendiri selaku orang baru punmengetahui gumam setelah membaca buku Gumam ASA
yang judulnya, CAU CAU CUA CAU.Yang mana buku ini saya dapatkan dari
penerbitnya, 2A Dream Publishing, darisebuah lomba. Artinya buku ini saya
dapatkan secara gratis.
Alih-alihdari buku gratisan, saya ingin menuliskan
catatan ini. Awalnya saya ragu dantakut salah. Tapi saya didorong, diberi
keberanian, dan dukungan daripenulisnya, ASA. Dari sebuah tanya-jawab singkat
melalui chatting facebook, saya mengenal Gumam ASA.Gumam, yang
sebenarnya bukan lagi sebuah gumam. Karena, jika kita merujuk padadefinisi
kamus, gumam berarti sesuatu yang hendak disampaikan, namun masihtertahan di
dalam mulut. Lain halnya dengan Gumam ASA, yang telah lolos daribungkaman
mulut, dan tertulislah dalam lembar-lembar kertas. Ditata dan dikemasmenjadi
sebuah buku. Apalagi buku ini sudah masuk dalam daftar, buku jilid ke-6Gumam
ASA, (ke-1: Negeri Benang pada Sekeping Papan, ke-2: Tubuh diHutan-hutan, ke-3:
Istana Daun Retak, ke-4: Bungkam Mata Gergaji, ke-5: GumamDesau, dan ke-6: Cau
Cau Cua Cau). Dengan ini, jelas bahwa ASA sungguh-sungguhdalam menyebarluaskan,
dan mengenalkangumam pada dunia yang luas. Memang, ini adalah semacam temuan
baru dari ASA. Caralain pengungkapan isi hati, ketika kita lagi tidak ingin
menulis atau punberbicara. Kita cukup duduk atau berdiri, dan bergumam.
Gampang, kan? Maka,terjawablah pertanyaan, “adakah cara lain untuk
mengungkapkan isi hati, selainberbicara dan menulis?”.
Membaca Sebuah Wajah Gumam Asa
Ketika seseorang hendak membeli buku atau hanya
inginmembaca, maka orang itu akan melihat cover buku tersebut. Meski ada pepatahyang
mengatakan, “jangan menilai buku dari covernya!”. Namun, zaman sekarang,
khususnyaremaja. Cover buku menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Ada
sebagian orangyang ketika tidak suka dengan covernya, maka tidak jadi membeli
atau membaca.Jadi, cover menjadi hal penting dalam buku.
Buku Gumam ASA setebal 190 halaman ini, dibungkus
dengancover yang sederhana tapi mengena. Maksudnya bisa mengantarkan pembaca
kepadaisi buku. Dengan warna cover putih, judul CAU CAU CUA CAU Gumam ASA, dan
gambarkepalan tangan yang memukul judul.Seolah kepalan itu hendak merobohkan
judul. Namun, judul tidak roboh. Hanyapenyok dan mungkin jika tangan itu
ditarik, judul akan kembali utuh. Inilahyang menjadi gambaran isi buku ini.
Lalu,apa hubungannya? Judul CAU CAU CUACAU di sini
bukan bahasa asing. Bukan juga nama minuman desa yang seringdijajakan zaman
dulu, Cau. Kata CAU diambil dari kata (ka)CAU, dan kata CUAdiambil dari kata
CUA(ca). Jadi secara utuh, CAU CAU CUA CAU diambil dari(ka)CAU (ka)CAU CUA(ca)
(ka)CAU. Menggambarkan cuaca yang kacau. Cuaca inibukan hanya cuaca pada
umumnya. Namun, bisa diartikan keadaan suatu tempat. Dankarena penulis ini
orang Indonesia, maka mungkinlingkupnya Indonesia. Menggambar keadaan di
Indonesia yang kacau. Entah dibidang politik, ekonomi, lingkungan hidup, atau
kemanusiaan. Lalu, gambarkepalan tangan yang memukul judul, saya artikan
sebagai Gumam ASA itu sendiri.Gumam yang bukan puisi, prosa, apalagipantun atau
artikel. Tetapi suatu karya baru yang hendak merobohkan cuaca yangkacau. Inilah
yang dijadikan pengantar di dalam cover. Gambaran yang mengajakpembaca
mengira-ira isi. Dan dengan begini, kita tahu bahwa isinya adalah gumamanyang
merobohkan keadaan kacau. Namun tidak berhasil roboh, mungkinkarena terlalu
kacau. Jadi penulis terus bergumam.
GumamSebagai Bahasa Tersendiri
“Bahasa adalah pembeda yang paling menonjol....”-Ferdinand De Saussure
Gumammemang tidak terdaftar dalam deret bahasa di
dunia. Namun, dengan merujuk padapengertian bahasa menurut Ferdinand De
Saussure, bisa dikatakan bahwa gumambisa sebagai bahasa. Gumam ASA misalnya,
gumam yang dicetuskan sendiri olehASA. Dijadikan bahasa tersendiri dalam
membaca diri dan alam sekeliling. Mengingatbahwa Gumam ASA ini tidak termasuk
dai puisi, prosa, ataupun artikel. Gumam ASAmenjadi pembeda antara ASA dan
lainnya. Ketika penyair sibuk dengan puisi, cerpenistsibuk dengan cerpen. Maka
ASA sibuk dengan gumamnya.
Dalampengertian yang lain, menurut Sudaryono, “bahasaadalah
sarana komunikasi yang paling efektif....”. Dengan demikian, Gumam ASA
adalah sarana komunikasi yang dipiliholeh ASA. Baik untuk mengenali dirinya
sendiri atau untuk mengenali alamsekeliling.
GumamASA setebal 190 halaman ini terdiri dari 94 gumam, yang disampaikan dalam carayang aneka. Dari dua baris hingga enam halaman. Dengan penulisan juduldisambung dengan isi atau pun dipisah. Ada yang ditulis seperti puisi panjang,ada seperti prosa. Semua ini dilakukan bukantanpa kesengajaan. Hal ini dimaksudkan pada pengertian gumam sebagai bahasa.Kita tahu, bahwa dalam pengungkapan bahasa kepada anak-anak, akan berbedaketika berbahasa dengan orang dewasa. Inilah cara yang ditempuh ASA dalam berbahasadengan gumam.
“Ternyata kita juga punya nama jalan-jalan,antaranya: Jalan Sastra, Jalan Novel, Jalan Puisi, ..., dan kamu sendiri jalanapa.” (halaman 132). Inilah mengapa saya menyebut gumam sebagai bahasa.Setiap orang punya jalan sendiri dalam berkomunikasi. Dan ASA memilih gumamsebagai jalannya. Bergumam tentang sastra, politik, kemanusiaan, alam, bahkansejarah. Yang menyentil, menggelitik, bahkanmenampar wajah hati bagi yang membaca, dan merasakan posisinya sebagai objekyang digumamkan.
GumamASA setebal 190 halaman ini terdiri dari 94 gumam, yang disampaikan dalam carayang aneka. Dari dua baris hingga enam halaman. Dengan penulisan juduldisambung dengan isi atau pun dipisah. Ada yang ditulis seperti puisi panjang,ada seperti prosa. Semua ini dilakukan bukantanpa kesengajaan. Hal ini dimaksudkan pada pengertian gumam sebagai bahasa.Kita tahu, bahwa dalam pengungkapan bahasa kepada anak-anak, akan berbedaketika berbahasa dengan orang dewasa. Inilah cara yang ditempuh ASA dalam berbahasadengan gumam.
“Ternyata kita juga punya nama jalan-jalan,antaranya: Jalan Sastra, Jalan Novel, Jalan Puisi, ..., dan kamu sendiri jalanapa.” (halaman 132). Inilah mengapa saya menyebut gumam sebagai bahasa.Setiap orang punya jalan sendiri dalam berkomunikasi. Dan ASA memilih gumamsebagai jalannya. Bergumam tentang sastra, politik, kemanusiaan, alam, bahkansejarah. Yang menyentil, menggelitik, bahkanmenampar wajah hati bagi yang membaca, dan merasakan posisinya sebagai objekyang digumamkan.
Penutup
Buku ini memanglahtidak sempurna. Ada beberapa kata
yang terjadi kesalahan ketik. Namun, mengingatitu adalah hal yang wajar. Maka
buku ini memang harus diberi apresiasi. Bagaimanapunjuga, buku ini telah
mengenalkan hal baru dalam dunia sastra Indonesia. Semoga GumamASA bisa
bertahan dari seleksi alam. Berikut ini saya kutipkan satu Gumam ASAyang
terdapat dalam buku ini. Gumam yang berisi doa agar Gumam ASA bias menyebardi
seluruh penjuru langit dan bumi.
GUMAM
gumam gumam gumam gumamgumam gumam gumam
gumam gumam gumam gumamgumam gumam gumam
gumam gumam gumam gumamgumam gumam gumam
gumam gumam gumam gumamgumam gumam gumam
gumam gumam gumam gumamgumam gumam gumam
gumam gumam gumam gumamgumam gumam gumam
gumam gumam gumam gumamgumam gumam gumam
CAU CAU CUA CAU,halaman 134
Boyolali, 19-22 Juli2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!