telunjuk mengarah pada satu titik, istana daun
retak
bertahun sudah mencoba membangun
lembar-lembar daun, dari yang berserak kepada
menghimpun
telunjuk itu membuka garis-garis di telapak
lihat, ini pasukan cicak di belantara
rimbun daun dan jejak-jejak
dengar, suara-suara gemeretak
dari helai-helai daun yang mulai retak
kering, lusuh-lapuk menuju lenyap
sebagaimana hikayat dari bangunan sebuah
istana
pasir-pasir menjadi perih di tempias ujung
kelopak
buih-buih dari berjuta akan selesai bila telah
berucap
ternyata tidak segampang itu, tidak semudah
itu
ternyata tanah tempat bangunan istana itu
terbuat dari serak-serak rerimbun daun-daun
retak
runtuh pun mengancam di puncak
mahkota mahkota, ya mahkota dari cuaca terkuak
tak jua tak tak memperjelas gerak, tak
lihat, ini pasukan manusia kelas paling miskin
berduyun berjejal terinjak-injak
dengar, gemuruh di dapur-dapur lusuh dan sakit
pasukan perut yang selalu melilit
setelah ini, siapa lagi tampil mendaftar
istana daun retak
by Ali Syamsudin Arsi
Banjarbaru, 19 Januari 2010
(gerimis
mengepung sepi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!